G0A SARANG BURUNG


Goa Karang Duwur cukup sulit dijangkau. Mulut goa berada di tebing terjal berbatasan dengan laut lepas. Jika cuaca lagi tak bersahabat, ombak besar dan air pasang akan menghempas ke sekitar karang dan menutup mulut goa dengan air laut. Dengan menggunakan tali tambang yang diikatkan dengan irisan kulit bambu yang diikatkan ke dinding-dinding karang digunakan sebagai alat berpijak dan berpegangan ketika menyeberang menuju lokasi goa. Kegiatan memasang tali di dinding tebing tersebut tanpa bantuan keselamatan dengan tingkat kemiringan tebing yang mencapai 180 derajat dan risiko jatuh ke laut serta terbentur batu karang atau hilang terseret ombak.
Untuk dapat memasang semua tali-tali dan memasukkan semua bambu ke dalam gua, mereka harus memperhitungkan hempasan air laut yang akan datang. Karena ketika air laut menghempas karang, itu akan sangat menyulitkan mereka. Apalagi tanpa peralatan keselamatan. Ini cukup menyulitkan mereka, terkadang harus berpegangan kuat-kuat agar tak jatuh saat ombak menghempas. Dibutuhkan ketelitian yang tinggi, memeriksa satu persatu tali-tali yang terikat pada dinding tebing serta mengukur kekuatannya. Setelah seluruh jalur yang menghubungkan mulut goa selesai, kegiatan selanjutnya yakni memasang tangga setinggi lebih dari 20 meter didalam goa untuk mengambil sarang walet yang berada di dinding-dinding goa. Mulut goa yang hanya mempunyai lebar sekitar 5 meter dengan tinggi sekitar 9 meter ini ternyata berbeda jauh dengan apa yang ditemukan di dalam goa Karang Duwur.


Di sepanjang tepi pantai laut selatan terdapat tiga goa tempat bersarang burung-burung walet diantaranya goa Karang Bolong, goa Pasir dan goa Karang Duwur. Keberadaan walet di goa-goa tersebut sudah ada sejak awal abad ke-17. Rata-rata sarang burung walet dikelola masyarakat setempat secara turun temurun dengan mengedepankan kearifan lokal. Pemanenan dilakukan secara periodik dan sebelum dilakukan pemanenan diadakan ritual meminta keselamatan dengan memotong kerbau atau kambing.
0 komentar:
Post a Comment